Kamis, 18 Agustus 2011

21 Agustus


Agustus 2011

           
            Panasnya udara di siang ini yang menerpa rerumputan nan hijau di bumi pertiwi yang pernah kelam pada jamannya dulu, aku di sudut sebuah taman melihat sebuah Monumen seorang pejuang yang lusuh, kotor dan berdebu serta coretan tangan manusia yang tak bertanggung jawab menghiasi setiap bagian di Monumen tersebut. Dalam lamunanku aku berkata apa yang mereka dapat hingga mereka memperjuangkan negara ini hingga darah mereka ibarat kata dapat mereka minum sendiri.Sejarah menanggisnya Ibu Pertiwi dengan hamparan perjuangan dari para manusia dan Rakyat jelata,tangisan dan kecaman datang silih berganti dengan maha dahsyatnya. Pemuda dan Pemudi saling bertekuk lutut dihadapan Sang Khalik saat mereka sadar bahwa inilah dunia yang harus kita perjuangkan. Para pejuang kemerdekaan tetap berjuang hingga mereka mati bekalang tanah. Hidup pun tak Guna matipun Segan, karena mereka berusaha demi anak cucu setelah mereka, hingga senja menyambut mereka akan terus mengencarkan granat kepada pejuang asing yang ingin menduduki bumi kita. Kata ‘MERDEKA’ bukan kata yang ingin diucapkan oleh pejuang di bumi pertiwi kita, melainkan ‘KEBEBASAN’ itulah kata yang mereka ucapkan pada saat berjuang.karena mereka ingin kebebasan diantara kehidupan mereka.
            Salahkah mereka menginginkan kebebasan yang layak untuk diperhitungkan dengan mata dan kepala mereka yang memangsa kekejaman perang. Mereka bukan pejuang untuk diri mereka, mereka bukan kesatria yang dibayar, mereka bukan mesin pembunuh. Mereka adalah Rakyat Jelata yang menggorbankan kampak, ladang, ternak mereka demi KEBEBASAN di Negara ini. Inilah bentuk ksederhanaan dalam perang, bukan bentuk strategi ataupun bentuk senjata. Melainkan jiwa Nasionalisme yang tinggi dan perjuangan tanpa menghitungkan dua kali ataupun sogokan oleh penjajah yang menawarkan berbagai gemilang harta dan rampasan mereka. Dan satu hal lagi yang tak akan kita bisa lupakan, bagaimana mereka akan terus berusaha walau mereka kalah dalam strategi dalam senjata, mereka menyimpan semangat yang tak ada dimanapun tempat terjual. Mereka yang terus bercucuran keringat akan terus berjuang, sedangkan mereka yang telah bercucuran darah akan terus dikenang hingga kita menghirup angin dunia ini. “Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”. Itulah kata yang terlontar dari mulut sang Pemimpin pertama di Negara yang dijuluki sebagai Negara Khatulistiwa atau Negara Rempah - Rempah. Dan bagaimana pejuang membuktikan bahwa mereka dapat menjadi momok yang amat menakutkan bagi negara lain, menjadi tongkat pemukul yang kuat bagi penjajah, menjadi pagar yang tak mampu ditembus oleh berbagai senjata apapun. Itu dikarenakan semangat dan kepercayaan dalam diri mereka masing – masing, masih belum puas tersakiti dan terlucuti negara ini dengan laknatnya para tetinggi yang hidup didalam tempurung moral Rakyat Indonesia ini. Apa ini jawaban dalam segala perjuangkan dulu yang mana disetiap sekolah dasar disetiap saat di perdengarkan di setiap telinga Rakyat Jelata di setiap pelosok desa. Landasan yang dulu dijadikan sebagai penegak bangsa, kini hanya menjadi penghias dinding setiap Lembaga – lembaga yang mengakui bahwa mereka adalah Indonesia. Dimana rakyat Indonesia yang dulu pernah menjadi monster bagi negara lain, menjadi negara yang patut di perhitungkan di kanca negara luar lainnya. Apa ini yang bayaran mereka yang telah berjuang dengan segala semangat dan jerih payah mereka dibayar percuma dengan kelakuan kita yang tak menghargai perjuangan mereka hingga kita dapat menghirup nafas KEBEBASAN sampai saat ini. Lagu kebangsaan yang dulu nyaring dinyanyikan oleh anak dan para penggembala dengan penuh kidmat disetiap penjuru negeri, musnah sudah semua dengan nyanyian yang telah mengeser lagu tersebut.
            Indonesia Bangkitlah dengan kepakan sayap sang Garuda yang melebarkan bentangan sayap ke penjuru dunia. Indonesia merah darahku putih tulangku, semangat ini yang akan membawa Indonesia kembali bangkit dari tidur panjangnya. Dan menjadi sebuah simbol bahwa inilah Indonesiaku dan Inilah yang akan kami perjuangkan hingga nafas kami tinggal satu hela. Dalam tangan ini kami akan terus mengenang beliau – beliau yang mempertaruhkan berbagai yang mereka punya demi indonesia, bayaran ini yang akan kami berikan kepadamu yang telah Mati Tanpa Imbalan dan Sanjungan.
            MERDEKA...MERDEKA...MERDEKA...

            Indonesia , Agustus 2011

                                                                                                                        Y. Daniar. S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar